Switch Mode

The Heretic Chef: Online Chapter 6

Leveling itu sulit

“Apa? Kok bisa?!”  

 

Rein membuka matanya dengan terkejut. Padahal beberapa detik yang lalu ia masih berada di lapangan yang luas, tapi kenapa sekarang ia malah kembali ke dalam desa? 

 

Aroma sejuk dan menyenangkan segera digantikan dengan aroma pengap dari keringat orang-orang yang berkerumun. Karena merasa terganggu, Rein beranjak dari sana dan matanya mencari petunjuk kenapa hal tadi bisa terjadi. 

 

“Ada apa dengan pesan Error ini?” 

 

Pesan merah yang mencekam, ini pertama kalinya Rein melihat pesan seperti ini. Yang ia tahu pesan notifikasi selalu berwarna biru, dan tidak pernah merah.  

 

Error! 

Mode darurat diaktifkan, pemain yang terluka akan di transfer ke desa terdekat.  

 

‘Apakah ini semacam bug?’ 

 

Jujur saja, apa yang membuat Rein berani bermain permainan ini adalah karena klaim developer dan para presiden dunia yang menyatakan bahwa game ini 100% aman dan tidak mempunyai 1 celah apapun.  

 

Mereka bahkan berani menantang semua hacker di seluruh dunia untuk membobol server mereka, bahkan walau hanya bocor sedikit data mereka mengatakan akan memberikan kompensasi 51% hak kepemilikan Exaworld online. 

 

Bukankah itu gila? Mendengarnya saja Rein tahu kalau mereka bersungguh-sungguh atas keamanan sistem Exaworld online. 

 

Tapi setelah melihat pesan tadi membuat Rein sadar, bahwa title “Macbeth Curse” miliknya terlalu aneh.  

 

“Apaan coba, bug dijadikan fitur? Mereka pasti gila.”  

 

Bug pada dasarnya adalah suatu kesalahan yang harus segera di perbaiki oleh developer. Tapi, jika bug dijadikan fitur? Ini rasanya seperti si developer memang ingin menghancurkan game yang mereka buat. Terlalu tidak masuk akal! 

 

Rein mengernyit dan kemudian menggigit tangannya dengan keras sampai terluka.  

 

Error! 

Mode darurat diaktifkan, pemain yang terluka akan di transfer ke desa terdekat.  

 

“…” 

 

Seolah membuktikan teorinya benar, Rein pun menghela napas lesu. Sepertinya bug yang ia terima dari kutukan Mecbeth bukan hanya fitur inventory saja. 

 

“Sial, jika aku tidak bisa terluka lalu bagaimana caranya aku menaikkan level?”  

 

Game rpg berpusat pada level dan statistik, lalu jika tidak bisa leveling mana mungkin ia bisa bersaing dengan pionir yang lain. 

 

“Berarti satu satunya cara adalah dengan melakukan quest … Tapi itu pasti memakan banyak waktu, apakah tidak ada cara lain?” Rein bergumam sembari melihat-lihat npc, tidak ada yang spesial dari npc di desa pemula seperti ini. 

 

Hanya ada 3 pilihan yang Rein tahu. 

 

Pertama, leveling dengan berburu monster lemah tanpa terkena 1 pun serangan. Terdengar sulit namun masih bisa dilakukan dengan party, masalahnya itu terlalu tidak efisien. Butuh banyak waktu untuknya bolak balik dari desa dan tempat perburuan jika ia terluka. 

 

Kedua, dengan melakukan quest. Ini adalah pilihan satu-satunya yang paling aman dan tidak berbahaya. Walaupun Expnya sedikit tapi jika dilakukan terus menerus kecepatannya juga tidak akan tertinggal jauh dari pemain yang berburu monster. 

 

“Tapi masalahnya, aku harus memilih quest yang tidak berhubungan dengan perburuan. Jadi Expnya pasti lebih kecil lagi…” 

 

Dan yang terakhir adalah mengubah Job menjadi kelas produksi, itu adalah cara teraman dimana pemain bisa menaikkan level dengan membuat barang. Seperti Blacksmith yang menciptakan pedang, Alchemist menciptakan potion, dan Koki yang menciptakan makanan. Pilihan ini adalah yang paling ideal karena Exp yang didapat lumayan banyak dan bisa menghasilkan uang juga. 

 

“Class produksi memang bagus, tapi buat apa aku main game kalau pada akhirnya menjadi kuli.”  

 

Memikirkan dirinya yang harus bekerja di toko buku pada malam hari dan mengerjakan banyak tugas kuliah di siang hari saja sudah membuat kepalanya pusing, apalagi ditambah di dalam game Ia bekerja lagi. Membayangkannya saja sudah membuat Rein merinding. 

 

“Sial, aku bisa gila kalau begitu.” 

 

Rein akhirnya memilih untuk mencari quest yang benar-benar cocok dengan situasinya. Tanpa bertarung dan tanpa terluka.  

 

Butuh banyak waktu mencari quest yang seperti itu. 

 

Hingga akhirnya ia berhenti di depan toko alchemist yang tampak reyot, yah walaupun rumah yang lain juga tampak reyot, tapi ini adalah yang paling menyedihkan. Toko ini seolah akan runtuh kapan saja. 

 

Untuk mengambil quest caranya sangat gampang, pemain hanya perlu mengambil kertas quest yang disediakan di depan toko, lalu kembali lagi kesini jika sudah mengumpulkan persyaratan dari quest yang diambil. Contohnya seperti ini. 

 

Quest 

 

Harvest! 

 

Kumpulkan 20 tanaman herbal, 

 

Rank: F 

Keterangan selesai: Grass Herb 0/20+ 

Syarat: – 

Reward: 5 Bronze Exacoin dan 20 Exp.  

 

(haovel tempat baca novel berbahasa indonesia)

Quest yang cukup mudah tapi jarang diambil pemain. Alasannya karena tempatnya yang lumayan jauh dan berseberangan dengan zona perburuan pemula. Para pemain masih memiliki level antara 1-3 paling tinggi, sedangkan monster disana memiliki level 10-20, melakukan perburuan di sana pasti tidak akan efisien. 

 

 

Tapi semua itu tidak masalah bagi Rein, ia tidak takut mati bahkan jika monster level 1000 menyerangnya. 

 

“Sistem bug sialan ini sangat menjengkelkan, tapi lumayan berguna.” 

 

Setelah selesai mengambil kertas quest, Rein sengaja berjalan melewati jalan tikus mencari jalan tercepat untuk sampai kesana. Ini adalah langkah antisipasi, andai saja nanti dia terserang oleh monster dan terluka, setidaknya ia akan sampai lebih cepat jika ia memahami medan. 

 

‘Area yang kutuju di kuasai oleh monster bernama Wild Boar, huh… Untung saja tidak ada monster seperti serigala dan lebah.’ 

 

Rein berjalan sekitar 15 menit dan kemudian sampai di tempat tujuan. Benar saja ada monster berbentuk seperti babi hutan disana, meski badannya sedikit lebih besar dari babi hutan yang ada di dunia nyata, dan taringnya juga lebih tebal dan besar. 

 

Tujuannya saat ini hanyalah memetik beberapa Grass herb, tidak ada yang lain. Jadi sebisa mungkin Rein berjalan perlahan agar tidak menarik perhatian monster tersebut. 

 

“…” 

 

‘Kupikir babi babi ini memiliki penglihatan yang buruk, tapi entah kenapa mereka terlihat sedang mengejekku.’ 

 

Rein melihat para babi itu berkumpul bersama dan mengeluarkan bunyi aneh sambil menatap dirinya yang bersembunyi di bilik pohon. Padahal dia sudah sangat berhati-hati. 

 

“Apa mereka bisa menyadariku karena levelku yang rendah?” 

 

Ngook!  

 

Ngooookk! 

 

‘Situasinya makin aneh…’ 

 

Ngoooook! 

 

“Haruskah aku kabur saja? … Tidak, sebaiknya jangan gegabah.” 

 

Situasi ini sangat mencekam. Rein tidak tahu harus bagaimana, ini adalah pertama kalinya ia di sudutkan oleh segerombolan babi. Paling-paling jika nanti diserang, ia akan langsung memanjat pohon.  

 

Ngook! 

 

Ngooooook! 

 

“Huh?” 

 

Para Wild Boar tiba-tiba berhenti memekik dan mundur masuk ke dalam hutan. 

 

“Sekarang apa lagi ini?” 

 

Perilaku monster itu terlalu random, buat apa mereka berteriak begitu jika akhirnya kabur. Rein menghela napasnya dan mulai memindai situasi. Keringat dingin sudah membasahi punggung dan dahinya. 

 

Untungnya tidak ada monster dan ancaman lain, jadi Rein dengan buru-buru berlari ke tempat Wild Boar tadi berkumpul dan memanen banyak Grass Herb. 

 

Anda telat mendapatkan Grass Herb rusak x1  

 

Anda telat mendapatkan Grass Herb rusak x1  

 

“Hmm?” 

 

Ada yang aneh, kenapa rumputnya rusak? 

 

Anda telat mendapatkan Grass Herb x1  

 

Anda telat mendapatkan Grass Herb rusak x1  

 

Anda telat mendapatkan Grass Herb x1  

 

 

“Ahh jadi begitu, rupanya aku harus mencabut dengan akar-akarnya.” 

 

Terlalu realistis terkadang menyusahkan, sekarang Rein harus menggali tanah di sekitar tanaman sebelum mengambilnya.  

 

Untung saja jumlah Grass Herb disini lumayan banyak, persyaratan quest sudah terpenuhi tapi Rein memilih untuk mengambil beberapa lagi untuk dijual.  

 

“Aku akan mengumpulkan sebanyak yang kubisa sebelum pemain lain datang.”  

 

Dimulai dari 20 

 

Lalu 40 

 

70 

 

Dan hingga akhirnya 100. 

 

Sudah lebih dari 1 jam ia duduk disini dan Rein mulai berpikir. 

 

“Kemana Wild Boar itu pergi?”  

 

Seharusnya monster akan respawn berkala dan tetap berada di tempatnya masing-masing. Tidak ada yang namanya monster bermigrasi, apalagi menghilang tanpa jejak seperti ini. 

 

‘Menarik.’ 

 

Bukan pria namanya jika tidak merasa penasaran, bahkan jika itu membahayakan nyawanya Rein merasa tergelitik untuk mencari tahu apa yang terjadi. 

 

Rein menyimpan semua barang bawaannya dan mulai mengikuti jejak kaki Wild Boar yang tertinggal.  

 

Comment

Options

not work with dark mode
Reset