Switch Mode

PlayGod Chapter 1

Mati?

Bumi yang telah ditinggali manusia selama ribuan tahun secara perlahan semakin menua.

 

Tidak seperti dulu, sekarang tumbuhan, hewan, air, oksigen, bahan bakar, semuanya hampir hilang dan punah.

 

Akibat dari kelangkaan itu membuat puluhan negara runtuh, kelaparan terjadi dimana-mana, tindak kriminal semakin melonjak, pemberontakan hampir terjadi di seluruh negara, dan semuanya menjadi kacau.

 

Jika sudah terjadi seperti ini, siapa yang bisa menyelamatkan bumi dari kehancuran?

 

* * *

 

Di dalam sebuah rumah yang tidak begitu besar, terlihat seorang pemuda dengan rambut hitam pekat, mata biru, dan tubuh kurus yang sedang menyantap makanannya dengan perlahan.

 

Apa yang dimakannya tidaklah mewah dan itu bisa dikatakan tidak sehat karena yang ada di piringnya hanya nasi dan kecap.

 

Pria itu bernama Lein, dia memakan nasi dan kecap bukan karena menyukainya, tetapi karena hanya itulah satu-satunya yang bisa dia makan.

 

Di masa kini, ribuan jiwa manusia meninggal setiap hari karena gizi buruk dan kelaparan. Lein yang bisa makan tiga kali sehari sudah dibilang sangat beruntung walaupun hanya makan nasi dan kecap.

 

Lein adalah lulusan terbaik dari kampus terbaik di Indonesia. Bukan hanya sekedar lulus, dia mendapatkan banyak penghargaan, prestasi, dan lulus dengan predikat tertinggi. Dia adalah orang yang sangat pintar dan cerdas, tetapi karena keadaan yang seperti ini dia hanya bisa diterima menjadi operator warnet.

 

Hidup sungguh kejam, semua yang dia perjuangkan terasa sia-sia, nilainya yang bagus menjadi tidak berguna karena setiap perusahaan tidak akan pernah merekrut karyawan baru lagi.

 

Kringg! Kringgg!

 

Suara handphonenya tiba-tiba berbunyi. Lein dengan malas menatap handphone tersebut. Setiap malam dia selalu bergadang untuk melakukan pekerjaannya sehingga pagi ini dia merasa sangat mengantuk.

 

Kring! Kringg! Kring!

 

“Siapa sih yang menelponku pagi-pagi begini!” Lein mendengus kesal lalu mengangkat telponnya.

 

“Halo, dengan Lein disini.” Lein menaruh handphone di telinga kanannya lalu berbaring di atas kasur.

 

“Lein ini aku Randa, bisakah kau datang ke sini? aku sangat membutuhkan bantuanmu…” Suara pria terdengar dari handphonenya, dia berbicara seperti sedang terburu-buru.

 

“Ada apa denganmu? kau tidak pernah menghubungiku selama setahun, lalu kau tiba-tiba menyuruhku membantumu? Jangan konyol.”

 

Lein kesal. Randa dulu adalah teman sekelasnya, namun setelah mereka berdua lulus tiba-tiba Randa menghilang tanpa kabar.

 

“Lein cepatlah kesini, akan ada perusahaan yang akan membuka lowongan pekerjaan!” Suara teriakan Randa terdengar dari handphonenya.

 

“Pekerjaan!? dimana itu? apa kau yakin?”

 

Mendengar kata lowongan pekerjaan membuat jantung Lein langsung berdebar kencang, ia menjadi sangat bersemangat sampai-sampai melompat dari kasurnya.

 

“Cepatlah datang ke lokasi ini…” Randa memberi tahu lokasinya dengan detail.

 

Tanpa ragu-ragu Lein segera mencuci muka dan memakai pakaian formal. Kesempatan yang telah lama ia tunggu-tunggu akhirnya tiba.

 

Tempatnya sangat dekat dan hanya butuh 15 menit untuk Lein berjalan ke sana, apa yang dilihatnya sekarang adalah rumah toko berlantai 3 dan itu sama persis seperti yang Randa katakan.

 

“Apa benar perusahaan akan membuka kantornya disini?” Lein memperhatikan sekitarnya yang sepi dan sunyi.

 

Biasanya setiap kali ada lowongan pekerjaan, jumlah yang mendaftar pasti akan lebih dari seribu orang. Tapi kali ini sangat berbeda, bahkan tidak ada seorangpun yang berada disana selain Lein.

 

“Ah… Mungkin saja Randa menghubungiku sebelum membuka lowongan pekerjaan.” Lein tersenyum hangat melihat teman yang lebih mengutamakan dirinya.

 

Lein berjalan dan memasuki rumah itu, apa yang ada di dalamnya terlihat sama seperti rumah-rumah pada umumnya.

 

“Permisi, apa ada orang di dalam? Randa, ini aku Lein…” Lein mengetuk pintu.

 

Lalu tidak lama kemudian seseorang yang dikenalnya muncul. Dia adalah Randa, teman yang memanggil Lein kesini.

 

“Wow Randa, apa kau akan membuka perusahaan atau semacamnya? kau terlihat sangat keren.” Lein memuji Randa agar mendapatkan nilai positif dimatanya.

 

“Hahaha, tidak perlu omong kosong lagi Lein, kau sudah diterima. Sekarang bantu aku membawa semua peralatan ini ke atas.” Randa tersenyum lalu mengangkat salah satu koper yang ada di dekatnya.

 

“Siap boss!”

 

Lein mengangkat tas yang berjumlah puluhan itu sendirian, punggungnya terasa sangat sakit setelah selesai mengangkat semuanya.

 

Mereka berdua beristirahat di atap dengan menikmati pemandangan langit yang indah dan cerah. Untung saja sekarang masih pagi, jika saja siang hari mungkin Lein sudah pingsan karena panas dan kelelahan.

 

“Sudah saatnya, ayo bekerja Lein.” Randa tersenyum lembut menatap Lein.

 

“Saatnya bekerja? aku sangat menantikan bekerja bersamamu.” Lein yang masih lelah itu membuka matanya.

 

Lein sangat menantikan pekerjaan pertama yang akan ia lakukan, dia menebak-nebak apa yang akan Randa perintahkan kepadanya.

 

“Lein ikuti aku…” Randa berjalan dan Lein mengikutinya.

 

Ada puluhan koper yang berada di atas atap. Semua koper yang diangkat Lein tidak ada isinya, jadi dia merasa bingung kenapa harus membawa semua itu ke atap.

 

Randa membuka tas yang dibawanya tadi dan terlihat sedang mencari sesuatu di dalamnya, “Lein kemarilah, pertama kau harus mempelajari ini…”

 

Tongkat baseball keluar dari dalam koper lalu berayun cepat ke arah kepala Lein, karena serangan Randa begitu tiba-tiba dan staminanya sudah habis, Lein menerima serangan telak.

 

Bukkk!

 

Lein dikirim terbang dengan satu ayunan tongkat baseball, kepalanya pusing dan darah mulai menyucur dari hidung dan kepalanya.

 

“Uaagghh!”

 

Lein tidak sempat berpikir lagi, kepalanya terasa sangat sakit. Ia memegang kepalanya dan mencoba untuk melihat apa yang terjadi.

 

Sebelum membuka matanya, Lein merasa sedikit aneh karena perutnya yang tiba-tiba terasa hangat. Dengan perlahan-lahan Lein mencoba untuk membuka matanya dan saat matanya terbuka ia terkejut melihat sebuah pisau berwarna hitam sudah menancap di perutnya.

 

Banyak darah yang keluar dari perutnya, dia tidak bisa melakukan apa-apa selain terbaring lemah di lantai.

 

‘Apa yang baru saja terjadi?’

 

Lein menutup matanya lalu merasakan perut yang tadinya hangat kini telah berubah menjadi dingin, bukan hanya perut tapi seluruh bagian tubuhnya menjadi dingin.

 

‘Apa aku akan mati?’

 

Suara terdengar ketika Lein menutup matanya.

 

“Boss apa dia sudah mati?”

 

“Siapa peduli, cepat ambil alat bedah lalu keluarkan organnya!”

 

“Siap boss!”

 

Akhirnya Lein mengerti apa yang sedang terjadi, dia menjadi korban dan Randa temannya akan menjual organ dalamnya.

 

Lein merasa sangat marah dan mencoba untuk melihat orang-orang yang telah membunuhnya. Namun saat matanya terbuka, yang pertama kali dia lihat adalah planet besar berwarna hijau dan biru yang mengambang di atas langit.

 

Planet itu menutup seluruh langit hingga dia tidak bisa melihat apapun selainnya, Lein mulai berpikir apakah itu surga atau neraka?

 

Tapi dia merasa ada sesuatu yang janggal, dia melihat Randa dan teman-temannya juga ikut melihat planet itu dengan mulut yang terbuka lebar.

 

‘Apa yang terjadi? bukankah hanya orang mati yang bisa melihat surga atau neraka?’ Lein bingung dan matanya semakin mengantuk.

 

Tepat sebelum dia menutup matanya cahaya putih bersinar di seluruh muka bumi.

 

Lein tidak mengerti apakah dia mati atau masih hidup karena yang dilihatnya semua berwarna putih, lalu terdengar suara gadis dari benaknya.

 

『 Usia Bumi sudah mencapai batasnya, kehidupan yang tersisa akan dikirim ke tempat perlindungan untuk melakukan evolusi. 』

 

Swoshh!

 

Tubuh Lein tiba-tiba bersinar terang dan tidak lama kemudian ia melihat luka pada perut dan kepalanya sembuh dengan kecepatan yang bisa dilihat dengan mata telanjang.

 

Cahaya putih mulai meredup dan apa yang pertama kali dilihatnya adalah ruangan dengan ukuran 2×2 meter dan terdapat satu pintu di depannya.

 

『 Selamat datang di tempat perlindungan. 』

Comment

Options

not work with dark mode
Reset